● online
- Keris Brojol Gonjo Iras Pamor Wengkon
- Keris Brojol Tangguh Madura Empu Koso
- Keris Brojol Pamor Mayang Mekar
- Keris Brojol Pamor Kul Buntet Sekar Lampes
- Keris Mangkurat Pamor Pedaringan Kebak
- Keris Mesem Pamor Segoro Muncar Amangkurat
- Keris Carita Gandhu Pamor Lar Gangsir
- Keris Jalak Tilam Sari Mataram Amangkurat
Keris Carubuk Pamor Bendo Segodo
Rp 6.500.000| Kode | F178 |
| Stok | Tersedia (1) |
| Kategori | Carubuk, Keris |
| Jenis | : Keris Luk 7 |
| Dhapur | : Carubuk |
| Pamor | : Bendo Segodo |
| Tangguh | : Cirebon |
| Warangka | : Gayaman Surakarta, Kayu Cendana |
| Deder/Handle | : Yudawinatan, Kayu Kemuning Bang |
| Mendak | : Parijata Bahan Kuningan |
| Pendok | : Blewah Bahan Kuningan |
Keris Carubuk Pamor Bendo Segodo
Keris Carubuk Pamor Bendo Segodo
Pusaka ini menampilkan karakter khas keris-keris produksi Cirebon pada masa lampau. Dari segi prejengan, bilahnya segera memperlihatkan nuansa pesisir utara Jawa dengan pasikutan yang terasa wingit namun tetap memancarkan keteduhan. Luk-nya yang tidak terlalu rengkol memberi kesan proporsional dan stabil, menghadirkan siluet yang teguh tetapi tidak agresif. Keunikan tambahan berupa ricikan jenggot menjadikan pusaka ini tampil berbeda dari dhapur Carubuk pada umumnya, sekaligus mempertegas identitasnya sebagai karya empu dari tradisi Cirebon.
Dari sisi visual, pamornya tampak kelem dan mengambang di permukaan bilah, sementara warna besinya cenderung hitam kecoklatan dengan tekstur relatif kering—ciri yang lazim dijumpai pada keris-keris tua dari wilayah Cirebon. Kondisi geografis pesisir dan tingginya kadar garam dalam air laut Cirebon diyakini memberi pengaruh besar terhadap proses penyepuhan pada masa lalu, sehingga menghasilkan karakter besi yang tampak tua, kasar saat diraba, namun menyimpan kesan wibawa dan keaslian yang kuat.
Dalam konteks sejarah, Cirebon merupakan salah satu pusat peradaban penting di pesisir utara Jawa. Pada masa kejayaannya, kota ini menjadi tempat bertemunya budaya Jawa, Sunda, Arab, Tionghoa, hingga Eropa. Meski seiring waktu berbagai kisah mistis kemudian lebih menonjol dalam persepsi masyarakat, Keraton-keraton di Cirebon sesungguhnya memiliki tradisi tosan aji yang kuat. Menariknya, para raja Cirebon tidak pernah menetapkan satu pusaka tertentu sebagai simbol legitimasi kekuasaan; pewarisan tahta tidak ditandai dengan keris sebagaimana tradisi keraton lain. Hal ini menyebabkan banyak pusaka Cirebon yang tersebar di masyarakat, khususnya setelah pemberlakuan Undang-Undang Swapraja tahun 1960, ketika banyak peninggalan keraton dibagikan kepada para ahli waris.
Dalam pusaka Carubuk ini, salah satu aspek paling menarik adalah pamor Bendha Sagada—nama yang juga dikenal sebagai pamor “butir petai” di sebagian wilayah Semenanjung Melayu. Secara etimologis, Bendha Sagada merujuk pada buah tanaman merambat yang menyerupai petai namun berukuran jauh lebih besar. Dalam bahasa Sunda, tanaman ini disebut cariu, sementara kata sagada atau segadha dalam tradisi Jawa digunakan secara hiperbolis untuk menggambarkan ukuran yang besar seperti gada. Motif pamor ini menampilkan deretan bulatan-bulatan pamor yang rapat dari pangkal hingga ujung bilah, menyerupai biji-biji buah dalam satu papan. Sebagai pamor rekan, pola ini dibuat secara sengaja dan memerlukan ketelitian serta penguasaan teknik yang tinggi dari sang empu.
Secara simbolik, pamor Bendha Sagada sering dimaknai sebagai perlambang kelimpahan rezeki dan keberuntungan yang terus mengalir. Namun, makna filosofis yang lebih dalam menempatkan motif ini sebagai representasi dari proses pertumbuhan dan keberhasilan hidup. Setiap bulir pamor mencerminkan buah dari kesabaran, ketekunan, dan laku yang dijalani seseorang. Sebagaimana tanaman bendha yang merambat perlahan sebelum menghasilkan buah besar, demikian pula manusia memperoleh hasil dari proses yang konsisten dan selaras dengan tatanan alam.
Dalam pandangan dunia Jawa, keberlimpahan tidak hadir begitu saja; ia merupakan akibat dari tindakan yang benar, usaha yang sungguh-sungguh, dan keseimbangan antara ikhtiar lahir serta ketenangan batin. Pamor Bendha Sagada karenanya bukan semata-mata simbol rezeki, tetapi juga ajaran tentang harmoni, kedisiplinan batin, dan keteraturan hidup.
Dengan demikian, pusaka Carubuk bertangguh Cirebon sepuh ini tidak hanya menarik dari segi estetika dan sejarah, tetapi juga menyimpan pesan filosofis yang mendalam—sebuah perpaduan antara kekayaan budaya pesisir, tradisi empu yang kuat, serta nilai-nilai kehidupan yang senantiasa relevan lintas zaman.
F178
Keris Carubuk Pamor Bendo Segodo
| Berat | 1500 gram |
| Kondisi | Baru |
| Dilihat | 329 kali |
| Diskusi | Belum ada komentar |
Dhapur Santan Keris Dhapur Santan adalah satu dhapur keris luk 11 yang sekarang sangat jarang dijumpai dan termasuk dhapur langka. Memiliki ricikan pejetan, tikel alis, sogokan depan, kembang kacang, lambe gajah, greneng. Pada tahun jawa 522, Empu Sugati membuat pusaka ber-dhapur Santan dan Karacan atas perintah dari Prabu Kala di Negeri Purwacarito, Prabu Kala merupakan… selengkapnya
Rp 4.111.000Tilam Upih Keris Tilam Upih merupakan simbol harapan akan hidup yang berkecukupan, tak heran jika keris ini sebagai keris keluarga yang diwariskan turun-temurun kepada anak-cucunya. Keris Tilam Upih juga disebut Ibu dari semua Keris “The Mother of Kris”. Menurut kisah dahulu kala Sunan Kalijaga pernah menyarankan kepada pengikut – pengikutnya bahwa keris yang pertama harus… selengkapnya
Rp 2.500.000Keris Sabuk Inten Keris Sabuk Inten adalah salah satu pusaka yang begitu populer dalam khazanah tosan aji. Popularitasnya tak hanya karena keindahan bentuk dan garapnya, tetapi juga karena kisah dan simbolisme yang melekat di baliknya. Dalam berbagai babad dan tutur, Sabuk Inten sering digambarkan sebagai pusaka para bangsawan—lambang kemuliaan, kemakmuran, kesuksesan, dan kejayaan. Namun, berbeda… selengkapnya
Rp 25.500.000




























Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.