● online
- Keris Carita Keprabon Mataram Sultan Agung
- Keris Tilam Sari Pamor Tejo Kinurung
- Keris Brojol Pamor Kul Buntet Sekar Lampes
- Keris Jalak Ngore Tuban Winongan
- Keris Waluring Luk 15 Kalawijan
- Keris Sengkelat Kinatah Emas 9 Wadana
- Keris Pasopati Kinatah Emas Panji Wilis Mataram Se
- Keris Naga Bongkokan Kinatah Emas
Keris Tilam Upih Pamor Beras Wutah
Rp 2.500.000| Kode | F202 |
| Stok | Tersedia (1) |
| Kategori | Keris, Tilam Upih |
| Jenis | : Keris Lurus |
| Dhapur | : Tilam Upih |
| Pamor | : Beras Wutah |
| Tangguh | : Tuban |
| Warangka | : Ladrang Surakarta, Kayu Trembalo |
| Deder/Handle | : Yudawinatan, Kayu Trembalo |
| Mendak | : Parijata Bahan Kuningan |
| Pendok | : Blewah, Bahan Kuningan |
Keris Tilam Upih Pamor Beras Wutah
Dhapur Tilam Upih
TILAM UPIH, dalam terminologi Jawa bermakna tikar yang terbuat dari anyaman daun untuk tidur, diistilahkan untuk menunjukkan ketenteraman keluarga atau rumah tangga.
Oleh karena itu, banyak sekali pusaka keluarga yang diberikan secara turun-temurun dalam dapur Tilam Upih. Ini menunjukkan adanya harapan dari para sesepuh keluarga agar anak-cucunya nanti bisa memperoleh ketenteraman dan kesejahteraan dalam hidup berumah tangga.
Para Orang Tua jaman dulu memberikan Keris Dhapur Tilam Upih secara turun temurun kepada anaknya yang menikah, artinya orang tua mendoakan anaknya agar hidup rumah tangganya baik, mulia dan berkecukupan. Keris Tilam Upih juga merupakan simbol harapan akan hidup yang berkecukupan.
Keris Tilam Upih juga disebut Ibu dari semua Keris (The Mother of Kris). Menurut kisah dahulu kala Sunan Kalijaga pernah menyarankan kepada pengikut pengikutnya bahwa keris yang pertama harus dimiliki adalah Keris Tilam Upih.
Pamor Beras Wutah
Pamor Wos Wutah atau Beras Wutah, yang artinya beras tumpah, karena bercak-bercak kecil dan putih yang tersebar pada permukaan bilah, nampak seolah seperti beras yang tumpah berceceran. Pamor beras tumpah memiliki filosofi yang mendalam tentang arti rejeki yang melimpah.
Di sisi lain pamor beras wutah itu sendiri juga sebagai simbol pameling (pengingat) dalam mengarungi kehidupan berumah tangga antara suami-istri. Beras tumpah jarang kembali ke takarannya. Peribahasa ini menggambarkan sesuatu yang telah berubah, sulit untuk kembali seperti semula. Pitutur (pesan) yang terkandung didalamnya adalah supaya manusia hati-hati, karena kalau sudah terjadi perubahan akan sulit pulih seperti sediakala. Andaikan kita coba kumpulkan lagi, selain memakan waktu pasti ada yang tercecer juga, dan yang kita kumpulkan pun mungkin sudah jadi kotor.
Dalam menjalani hidup berumah tangga seyogyalah kita harus menjaga agar beras tidak tumpah. Mengapa harus dijaga? Kembali kepada filosofi kalau beras sudah terlanjur tumpah artinya respek yang didapat dari pasangan sudah tidak akan sama lagi, untuk pulih pun akan memerlukan waktu, dan surga dalam berumah tangga akan kehilangan salah satu pilarnya yakni kepercayaan.
Tangguh Tuban
Keris tangguh tuban pada umumnya memiliki pejetan yang sempit, gandik-nya tegak tidak mboto rubuh seperti pada umumnya keris, dan bilahnya nglimpo agak lebar. Gonjo-nya pun mayoritas lurus atau wuwung (agak melengkung). Kepala gonjo umumnya berbentuk buweng (bulat), dan bagian perut berupa mbathok mengkurep, dan ekornya nguceng mati.
Jika mengingat tentang kerajaan tuban, teringat pula tentang kisah-kisah legenda yang sampai saat ini masih terngiang di telinga masyarakat. Masyarakat Tuban tidak bisa dipisahkan dari legenda Ronggolawe dan Brandal Lokajaya. Legenda itu begitu kental dan menyejarah sehingga sedikit banyak mewarnai pembentukan sistem nilai pribadi dan sosial. Elite politik sering kali memanfaatkan untuk kepentingan dan pencapaian target politiknya.
Legenda Ronggolawe versi masyarakat Tuban berbeda dengan naskah sejarah seperti ditulis kitab Pararaton maupun Kidung Ranggolawe.
Menurut Kidung Ranggolawe, tindakan ngraman (berontak) Ronggolawe dilancarkan setelah tuntutannya agar pengangkatan Empu Nambi sebagai Patih Amangkubumi Majapahit dianulir.
Rudapaksa politik yang menurut Pararaton terjadi pada tahun 1295 itu berakhir tragis. Raja Kertarajasa Jayawardhana menolak tuntutan Ronggolawe tersebut.
Pasukan dikirim untuk menyerang Ranggolawe. Akhirnya Ronggolawe diperdayai untuk duel di Sungai Tambak Beras. Dia pun tewas secara mengenaskan oleh Mahisa Anabrang.
Bagi masyarakat Tuban, Ronggolawe bukanlah pemberontak, tetapi pahlawan keadilan. Sikapnya memprotes pengangkatan Nambi, karena figur Nambi kurang tepat memangku jabatan setinggi itu.
Nambi tidak begitu besar jasanya terhadap Majapahit. Masih banyak orang lain yang lebih tepat seperti Lembu Sora, Dyah Singlar, Arya Adikara, dan tentunya dirinya sendiri.
Ronggolawe layak menganggap dirinya pantas memangku jabatan itu. Anak Bupati Sumenep Arya Wiraraja ini besar jasanya terhadap Majapahit.
Ayahnya yang melindungi Kertarajasa Jayawardhana ketika melarikan diri dari kejaran Jayakatwang setelah Kerajaan Singsari jatuh (Kertarajasa adalah menantu Kertanegara, Raja Singasari terakhir).
Ronggolawe ikut membuka Hutan Tarik yang kelak menjadi Kerajaan Majapahit. Dia juga ikut mengusir pasukan Tartar maupun menumpas pasukan Jayakatwang.
Bagi masyarakat Tuban, Ronggolawe adalah korban konspirasi politik tingkat tinggi. Penyusun skenario sekaligus sutradara konspirasi politik itu adalah Mahapati, seorang pembesar yang berambisi menjadi patih amangkubumi.
Melalui skenarionya, Lembu Sora, paman Ronggolawe yang membunuh Mahisa Anabrang akhirnya dibunuh oleh pasukan Nambi melalui tipu daya yang canggih. Empu Nambi sendiri mati dengan tragis.
Keris Tilam Upih Pamor Beras Wutah
| Berat | 1500 gram |
| Kondisi | Bekas |
| Dilihat | 767 kali |
| Diskusi | Belum ada komentar |
Dhapur Tilam Upih TILAM UPIH, dalam terminologi Jawa bermakna tikar yang terbuat dari anyaman daun untuk tidur, diistilahkan untuk menunjukkan ketenteraman keluarga atau rumah tangga. Oleh karena itu, banyak sekali pusaka keluarga yang diberikan secara turun-temurun dalam dapur Tilam Upih. Ini menunjukkan adanya harapan dari para sesepuh keluarga agar anak-cucunya nanti bisa memperoleh ketenteraman dan… selengkapnya
Rp 3.555.000Dhapur Kala Nadhah Pada jaman kerajaan dulu di jawa, keris-keris ber-luk 5 hanya boleh dimiliki oleh raja, pangeran, keluarga raja, dan para bangsawan yang memiliki kekerabatan atau memiliki garis keturunan raja, bupati dan adipati (Ningrat). Selain mereka, tidak ada orang lain yang boleh memiliki atau menyimpan keris ber-luk 5. Demikianlah aturan yang berlaku di masyarakat… selengkapnya
Rp 4.500.000Dhapur Tilam Sari Menurut cerita pitutur lisan, salah satu wali-sanga, yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga pernah menyarankan kepada pengikut-pengikut beliau, bahwa keris pusaka pertama yang harus dimiliki adalah keris dengan dapur Tilam Upih kemudian pasangannya adalah Tilam Sari. Menurut beliau keris dengan dapur ini, bisa menjadi pengikut/teman yang setia disaat suka maupun duka, disaat prihatin dan… selengkapnya
Rp 26.000.000Keris Jalak Sumelang Gandring Mageti Sepuh Keris Jalak Sumelang Gandring memancarkan aura waspada dan keteguhan yang dalam. Nama Sumelang Gandring berarti selalu siaga dan tidak lengah, sebuah perlambang dari jiwa yang sadar penuh, senantiasa eling lan waspada dalam menapaki kehidupan. Dhapur Jalak menggambarkan karakter yang teguh, sederhana, namun berisi kekuatan sejati. Seperti burung jalak yang… selengkapnya
Rp 4.555.000Dhapur Keris Parungsari Parungsari adalah salah satu bentuk dhapur keris berluk tiga belas. Ukuran Panjang bilahnya sedang. Keris ini memakai kembang kacang; ada yang memakai jenggot ada yang tidak, lambe gajahnya dua, sraweyan, sogokan rangkap, pejetan dan greneng. Sekilas mirip dengan dhapur Sengkelat, perbedaan diantara keduanya hanyalah; Keris dhapur Parungsari mempunyai dua (2) lambe gajah,… selengkapnya
Rp 4.600.000Keris Jalak Dinding Pamor Tunggak Semi Wirasat Demak selalu memiliki tempat tersendiri dalam sejarah Jawa. Julukannya sebagai “Kota Wali” bukan sekadar predikat manis, tetapi representasi dari peran penting Demak sebagai poros penyebaran Islam di tanah Jawa. Di sinilah kerajaan Islam pertama berdiri, di sinilah para Wali Songo bertemu gagasan, membangun tradisi, dan meninggalkan jejak budaya… selengkapnya
Rp 20.000.000Keris Megantara Kinatah Emas Pusaka yang betul-betul istimewa. Saya, dengan prejengan remukan karak seperti ini, merasa sangat beruntung dapat menanting dan merawatnya hingga hari ini. Jika kita amati bersama, pusaka ini tampil dengan pasikutan yang prigel, memiliki aura wingit, serta bentuk yang proporsional. Ornamen kinatah yang terukir hampir di seluruh bilahnya menjadi keistimewaan tersendiri. Hal… selengkapnya
Rp 65.000.000Dhapur Sempana Bungkem Pusaka yang istimewa ini memiliki nama dhapur yang begitu fenomenal. Namanya Sempono Bungkem.. Ciri khas otentik yang gampang sekali kita lihat adalah sekar kacang pada gandiknya yang menancap dan menyatu dengan gandiknya. Sekar kacang inilah yang disebut dengan sekar kacang mbungkem. Konon Keris Sempono Bungkem memiliki angsar yang baik untuk membungkam lawan… selengkapnya
Rp 20.000.000Dhapur Jalak Ngore Keris dapur jalak ngore secara umum merupakan simbolisasi pencapaian kebahagiaan dan melepaskan dari segala permasalahan hidup ( terkait dengan nafkah). Burung Jalak menurut pandangan orang jawa : Kukila Tumraping tiyang Jawi, mujudaken simbul panglipur, saget andayani renaning penggalih, satemah saget ngicalaken raos bebeg, sengkeling penggalih. Candrapasemonanipun : pindha keblaking swiwi kukila, ingkang… selengkapnya
Rp 1.900.000
























Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.