● online
- Keris Carubuk Pamor Toya Mambeg Pajajaran
- Keris Sengkelat Corok Kinatah Emas
- Keris Panji Nom Kinatah Emas Makoro
- Keris Nagasasra Kinatah Emas Kamarogan
- Keris Kidang Soka Luk 7 Pamor Adeg Rambut
- Keris Pasupati Tangguh Mataram Kartasura
- Keris Naga Sapta Kinatah Emas Sepuh
- Keris Mangkurat Pamor Pedaringan Kebak
Keris Sinom Wahyu Tumurun Mataram Srimanganti
Rp 4.000.000| Kode | P198 |
| Stok | Tersedia (1) |
| Kategori | Keris, Sinom |
| Jenis | : Keris Lurus |
| Dhapur | : Tilam Sari |
| Pamor | : Wos Wutah |
| Tangguh | : Mataram Kartasura |
| Warangka | : Ladrang Surakarta, Kayu Trembalo Iras |
| Deder/Handle | : Yudawinatan, Kayu Kemuning Bang |
| Mendak | : Angkup Randu Bahan Kuningan |
| Pendok | : Blewah, Bahan Kuningan |
Keris Sinom Wahyu Tumurun Mataram Srimanganti
Keris Sinom Wahyu Tumurun Mataram Srimanganti
Di era yang bergerak begitu cepat, generasi muda hidup dalam arus dunia yang nyaris tak pernah berhenti. Informasi datang tanpa henti, pilihan semakin luas, dan godaan untuk mengejar hal-hal instan semakin kuat. Banyak di antara mereka tumbuh dalam lingkungan yang menuntut pencapaian, menuntut untuk selalu tampak berhasil, dan selalu berada di garis terdepan. Tidak sedikit yang pada akhirnya merasa kehilangan arah, terombang-ambing di antara keinginan pribadi, tekanan sosial, serta pencarian jati diri yang belum selesai.
Namun di balik dinamika tersebut, anak muda sesungguhnya menyimpan potensi yang luar biasa: energi yang melimpah, kreativitas yang segar, keberanian untuk mencoba hal-hal baru, dan rasa ingin tahu yang tak pernah padam. Semua potensi besar ini membutuhkan fondasi yang kuat—kemampuan menempatkan diri, memahami tanggung jawab, dan memiliki kepekaan terhadap sesama. Tanpa fondasi tersebut, semangat mudah meredup, keberanian dapat berubah menjadi kecerobohan, dan kebebasan justru bisa berujung pada kehilangan arah.
Pada titik inilah nilai-nilai luhur yang diwariskan para leluhur menemukan kembali relevansinya. Ajaran tentang tepa slira, empan papan, dan sikap eling menjadi penuntun untuk menjaga pijakan batin di tengah kehidupan modern. Dengan memahami nilai-nilai dasar ini, generasi muda tidak hanya mampu mengejar cita-cita, tetapi juga membentuk diri menjadi pribadi yang matang, kuat, dan bermanfaat bagi banyak orang.
Sehubungan dengan itu, pusaka berikut dapat menjadi pengingat dan sarana refleksi bagi siapa saja, baik yang masih muda maupun yang telah berusia dewasa. Pusaka ini mengajarkan bagaimana seseorang dapat tumbuh dengan kedewasaan, kebijaksanaan, serta ketajaman batin. Bagi yang masih muda, pusaka ini memberi gambaran tentang pentingnya kedewasaan dalam bersikap dan berpikir. Bagi yang telah sepuh, pusaka ini menjadi simbol untuk tetap menjaga semangat kebaikan dan ketajaman nurani. Nilai-nilai lintas generasi seakan bersatu dalam pusaka ini, mengajak setiap orang untuk terus belajar dan mempertahankan jiwa yang senantiasa muda dalam sikap dan budi.
Pusaka ini berbusana Ladrang Surakarta. Kayu yang digunakan adalah kayu trembalo lawasan dengan gandar iras yang dibuat tanpa sambungan. Pendok blewah dari kuningan lawas yang tebal melengkapi keseluruhan bentuk busananya, menghadirkan tampilan yang anggun, rapi, dan menenangkan hati. Ketika bilahnya dibuka, tampak keris lurus Dhapur Sinom Pamor Wahyu Tumurun, tangguh Mataram Srimanganti.
Dhapur Sinom merupakan salah satu dhapur lurus yang cukup dikenal. Di dalamnya terdapat ricikan seperti sekar kacang, jalen, lambe gajah satu, tikel alis, sogokan rangkap, sraweyan, dan greneng sebagai penyempurna. Secara harfiah, sinom berarti daun asam yang masih muda atau rambut halus di dahi—sebuah perlambang tentang sesuatu yang muda, segar, lembut, dan penuh potensi. Sinom menggambarkan masa pencarian jati diri dan pentingnya kemampuan berperilaku dengan halus, beradaptasi, serta membawa diri sesuai tempat dan waktu. Dalam tradisi Jawa, nilai ini berkaitan dengan ajaran tentang fleksibilitas dan kebijaksanaan dalam berinteraksi dengan sesama.
Pada bilah keris ini tampak pamor yang sekilas menyerupai kulit semangka, namun dengan pola bulatan-bulatan tersusun rapi di tengah bilah dari atas hingga bawah. Pola tersebut merupakan pamor Wahyu Tumurun. Dalam budaya Jawa, wahyu dipahami bukan sebagai wahyu kenabian, melainkan amanah atau kepercayaan besar yang diberikan Tuhan kepada seseorang yang dianggap layak dan terpilih untuk memegang kedudukan atau tanggung jawab tertentu. Mereka yang menerimanya disebut kewahyon—orang yang menerima amanah untuk dijalankan dengan rendah hati, penuh tanggung jawab, dan tidak menyalahgunakannya. Pamor Wahyu Tumurun mengandung doa agar pemiliknya menjadi pribadi yang mampu menjaga amanah, bersikap bijaksana, dan memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Pada masa kini, pamor ini juga menjadi pengingat bagi siapa pun yang memegang jabatan atau kedudukan, bahwa setiap posisi adalah titipan. Jabatan yang dijalankan dengan sungguh-sungguh dapat membawa kemuliaan, tetapi jika diselewengkan akan mendatangkan konsekuensi moral maupun spiritual. Oleh karena itu, pamor Wahyu Tumurun mengandung pesan bahwa keberuntungan dan kedudukan bukanlah hadiah semata, melainkan tanggung jawab yang harus dijaga.
Tangguh keris ini adalah Mataram Srimanganti, salah satu klasifikasi tangguh yang termasuk dalam pecahan Yogyakarta, dan sering dikaitkan dengan masa para Sultan Hamengkubuwana. Nama Srimanganti merujuk pada bangsal Srimanganti di Keraton Yogyakarta, bangunan bersejarah yang telah ada sejak masa Hamengkubuwana I. Dahulu, bangsal inilah tempat para empu terbaik berkarya dan menghasilkan pusaka berkualitas tinggi yang dikenal sebagai Yasan Srimanganti. Secara filosofis, Srimanganti melambangkan persinggahan; sebuah tempat untuk berhenti sejenak, merenung, dan mempersiapkan diri sebelum melanjutkan perjalanan hidup. Ajaran ini mengingatkan manusia bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan sementara dalam perjalanan panjang menuju keabadian.
Pada masa Hamengkubuwana V, setiap pusaka yang dibuat di bangsal tersebut diberi sebutan Yasan Srimanganti. Seiring berjalannya waktu, pembuatan keris dipindahkan ke daerah Tamanan pada masa Hamengkubuwana VIII, dan karya para empu di sana dikenal sebagai Yasan Tamanan. Meskipun demikian, nama besar Srimanganti tetap menjadi simbol mutu garap yang tinggi dan nilai sejarah yang kuat.
Melihat keseluruhan pusaka ini—busana yang anggun, dhapur Sinom yang sarat tuntunan hidup, pamor Wahyu Tumurun yang mengandung pesan moral dan spiritual, serta tangguh Mataram Srimanganti yang membawa jejak sejarah keraton—kita memahami bahwa sebuah keris bukan sekadar benda warisan. Ia adalah simbol nilai-nilai luhur yang dititipkan leluhur, mengajarkan manusia cara bersikap, memahami amanah, membawa diri, serta menjalani kehidupan dengan kebijaksanaan. Semoga siapapun yang kelak merawat pusaka ini tidak hanya mengagumi keindahannya, tetapi juga mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang dikandungnya, sehingga menjadi pribadi yang eling, waspada, dan penuh tanggung jawab.
P198
Keris Sinom Wahyu Tumurun Mataram Srimanganti
| Berat | 1500 gram |
| Kondisi | Bekas |
| Dilihat | 673 kali |
| Diskusi | Belum ada komentar |
Keris Sengkelat Corok Kinatah Emas Sengkelat ada yang menyebutnya Sangkelat, adalah salah satu bentuk dhapur luk tiga belas. Keris dhapur Sangkelat mudah dijumpai karena banyak jumlahnya dan salah satu dhapur klangenan yang dianggap wajib dimiliki oleh Pecinta Tosan Aji. Selain keris pusaka Kanjeng Kyai Ageng Sengkelat milik Keraton Kasunanan Surakarta, ada beberapa pusaka milik keraton… selengkapnya
Rp 50.000.000Dhapur Carang Soka Keris Carang Soka memuat perpaduan makna mendalam antara kata carang yang berarti ranting dan soka yang merujuk pada kesedihan, sehingga melahirkan gambaran filosofis tentang ranting yang bersedih namun tetap bertahan. Di balik citra itu, tersimpan pesan tentang seseorang yang melalui perjalanan duka tetapi mampu menemukan kekuatan batin untuk terus melangkah. Filosofi Carang… selengkapnya
Rp 5.500.000Dhapur Sengkelat Sengkelat adalah salah satu bentuk dhapur luk tiga belas. Ukuran panjang bilahnya sedang, dan memakai ada-ada, sehingga permukaannya nggigir sapi. Sengkelat memakai kembang kacang; ada yang memakai jenggot dan ada yang tidak; lambe gajah-nya hanya satu. Selain itu ricikan lainnya adalah sogokan rangkap ukuran normal, sraweyan, ri pandan, greneng, dan kruwingan. Dhapur Sengkelat… selengkapnya
Rp 4.500.000Dhapur Sengkelat Sengkelat, adalah salah satu bentuk dhapur keris luk tiga belas. Ukuran panjang bilahnya sedang, dan memakai ada-ada, sehingga permukaannya nggigir sapi. Sengkelat memakai kembang kacang; ada yang memakai jenggot dan ada yang tidak; lambe gajah-nya hanya satu. Selain itu ricikan lainnya adalah sogokan rangkap ukuran normal, sraweyan, ri pandan, greneng, dan kruwingan. Membicarakan… selengkapnya
Rp 35.000.000Keris Mesem Pamor Wengkon Isen Dhapur Mesem sering kali dianggap serupa dengan Sempaner dan Tumenggung karena ketiganya memiliki bentuk lurus, sama-sama memakai sekar kacang, dan tidak menggunakan sogokan. Namun, bila dicermati lebih dalam, terdapat perbedaan halus di antara mereka. Dhapur Sempaner memiliki sekar kacang, jalen, lambe gajah satu, tikel alis, pejetan, dan ripandan. Sedangkan Tumenggung… selengkapnya
Rp 4.500.000Dhapur Pulanggeni Pulanggeni merupakan salah satu bentuk dhapur keris luk lima yang cukup populer di dunia perkerisan di Pulau Jawa. Pulang Geni bermakna ratus, hio atau dupa atau juga kemenyan (keharuman yang bersifat religius), memberikan makna bahwa dalam kehidupan banyaklah berbuat kebaikan agar jati diri menebar harum dan selalu dikenang walau hayat sudah tidak dikandung… selengkapnya
Rp 2.500.000Keris Carita Genengan Pajajaran Carito berarti sesuatu yang sedang berjalan atau suatu peristiwa, atau gambaran sifat manusia dalam kehidupan manusia sehari hari. Manusia dalam hidupnya memainkan alur cerita (carito) dan lakonnya sendiri-sendiri. Hidup yang kita jalani sekarang adalah hasil dari pemilihan seseorang tentang keputusan dan peran kehidupan yang akan dijalaninya. Genengan / Gunungan adalah salah… selengkapnya
Rp 3.000.000Keris Megantara Kinatah Emas Pusaka yang betul-betul istimewa. Saya, dengan prejengan remukan karak seperti ini, merasa sangat beruntung dapat menanting dan merawatnya hingga hari ini. Jika kita amati bersama, pusaka ini tampil dengan pasikutan yang prigel, memiliki aura wingit, serta bentuk yang proporsional. Ornamen kinatah yang terukir hampir di seluruh bilahnya menjadi keistimewaan tersendiri. Hal… selengkapnya
Rp 65.000.000Dhapur Keris Parungsari Parungsari adalah salah satu bentuk dhapur keris berluk tiga belas. Ukuran Panjang bilahnya sedang. Keris ini memakai kembang kacang; ada yang memakai jenggot ada yang tidak, lambe gajahnya dua, sraweyan, sogokan rangkap, pejetan dan greneng. Sekilas mirip dengan dhapur Sengkelat, perbedaan diantara keduanya hanyalah; Keris dhapur Parungsari mempunyai dua (2) lambe gajah,… selengkapnya
Rp 4.600.000Keris Putut Tangguh Tuban Sepuh Putut adalah salah satu dhapur keris lurus. Panjang bilahnya beragam, ada yang normal ada yang pendek. Selain itu, permukaan bilah keris dhapur Putut juga lebar dan rata. Gandik-nya diukir dengan bentuk orang duduk, atau seperti monyet duduk, tanpa ricikan lainnya. Seandainya ada ricikan hanyalah ri pandan atau thingil. Kata ‘Putut’… selengkapnya
Rp 2.000.000
























Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.