● online
Keris Carubuk Luk 7 Pamor Wos Wutah
Rp 4.500.000| Kode | DON143 |
| Stok | Tersedia (1) |
| Kategori | Carubuk, Keris |
| Jenis | : Keris Luk 7 |
| Dhapur | : Carubuk |
| Pamor | : Wos Wutah |
| Tangguh | : Mataram Amangkurat |
| Warangka | : Gayaman Surakarta, Kayu Gembol Jati |
Keris Carubuk Luk 7 Pamor Wos Wutah
Dhapur Carubuk Luk 7
Keris dhapur Carubuk memiliki makna mendalam dalam filosofi Jawa, yang secara harfiah diartikan sebagai “bagaikan bumi.” Artinya, manusia harus mampu bersikap “Momot, Bakuh, Pengkuh, aja tampik ingkang den arepi among marang ingkang becik kewolo, Kang ala aja den emohi” — yakni menerima segala hal, baik yang disukai maupun yang tidak, karena semuanya merupakan warna kehidupan. Seperti bumi yang mampu menampung biji yang baik maupun yang buruk, manusia diajarkan untuk menerima segala keadaan dengan lapang hati.
Makna penerimaan dalam filosofi Carubuk tidak sekadar pasrah pada nasib, melainkan ikhlas atas hasil usaha dan ikhtiar yang telah dilakukan. Usaha, doa, dan tawakal menjadi kewajiban, sedangkan hasilnya adalah hak prerogatif Sang Pencipta. Dari sinilah muncul ajaran untuk selalu bersyukur dan tidak mengharapkan balasan, membentuk pribadi yang optimis, penuh keyakinan, sekaligus lapang hati.
Sikap menerima dan ikhlas bukan perkara mudah. Ikhlas merupakan ilmu yang paling sulit dikuasai, karena manusia cenderung terikat pada harapan dan nafsu. Namun, filosofi Carubuk mengingatkan bahwa Tuhan selalu memiliki rencana terbaik bagi setiap hamba-Nya. Dengan meneladani sikap bumi, manusia belajar untuk menjalani hidup sesuai garis takdir, menyerahkan segala sesuatunya kepada kehendak-Nya, dan siap menghadapi rahmat maupun ujian setelah melakukan usaha dan ikhtiar.
Pendekatan hidup seperti ini membawa ketenangan batin. Manusia yang menerapkan filosofi Carubuk tidak akan mudah lelah atau putus asa dalam menghadapi tantangan hidup untuk meraih cita-cita dan harapan. Usaha yang dilakukan bukan semata-mata untuk memenuhi ambisi atau nafsu, tetapi sebagai bagian dari kewajiban hidup manusia untuk meningkatkan kualitas diri, baik dari segi materi maupun spiritual. Sikap ini juga membentuk perilaku ikhlas dan selalu bersyukur atas anugerah Tuhan.
Dalam keris Carubuk, terdapat lima sampai tujuh luk yang mengandung makna simbolik. Angka tujuh (pitu) dalam tradisi Jawa melambangkan pitutu, piwulang, dan pitulungan — yaitu ajaran yang baik, petunjuk, dan pertolongan. Angka ini juga dianggap keramat, terkait ketentraman, kebahagiaan, kewibawaan, dan kesuksesan. Hubungan angka tujuh dapat dilihat dalam budaya Jawa, seperti tujuh lapisan langit, tujuh hari dalam seminggu, serta berbagai ritual penting, misalnya mitoni (selamatan kehamilan bulan ke-7) dan pitung dinanan (peringatan kematian hari ke-7).
Dari sisi tuah, Carubuk—yang kadang disebut Crubuk—mengandung arti membuat lawan menjadi ceroboh, gegabah, dan tampak tidak berdaya ketika menghadapi pemilik keris. Dengan demikian, keris ini bukan hanya simbol penerimaan dan ikhlas, tetapi juga lambang kewibawaan dan perlindungan spiritual bagi pemiliknya, menegaskan bahwa keteguhan batin dan kebijaksanaan adalah senjata paling ampuh dalam kehidupan.
Pamor Wos Wutah
Pamor Wos Wutah atau Beras Wutah, yang artinya beras tumpah, karena bercak-bercak kecil dan putih yang tersebar pada permukaan bilah, nampak seolah seperti beras yang tumpah berceceran. Pamor beras tumpah memiliki filosofi yang mendalam tentang arti rejeki yang melimpah.
Di sisi lain pamor beras wutah itu sendiri juga sebagai simbol pameling (pengingat) dalam mengarungi kehidupan berumah tangga antara suami-istri. “Beras tumpah jarang kembali ke takarannya“. Peribahasa ini menggambarkan sesuatu yang telah berubah, sulit untuk kembali seperti semula. Pitutur (pesan) yang terkandung didalamnya adalah supaya manusia hati-hati, karena kalau sudah terjadi perubahan akan sulit pulih seperti sediakala. Andaikan kita coba kumpulkan lagi, selain memakan waktu pasti ada yang tercecer juga, dan yang kita kumpulkan pun mungkin sudah jadi kotor.
Dalam menjalani hidup berumah tangga seyogyalah kita harus menjaga agar “beras tidak tumpah”. Mengapa harus dijaga? Kembali kepada filosofi “kalau beras sudah terlanjur tumpah” artinya respek yang didapat dari pasangan sudah tidak akan sama lagi, untuk pulih pun akan memerlukan waktu, dan “surga” dalam berumah tangga akan kehilangan salah satu pilarnya yakni kepercayaan.
Tangguh Mataram Amangkurat
Mataram amangkurat (abad 17) termasuk dalam kekuasaan kerajaan mataram yang berlandaskan keislaman. Kita ketahui jika pada masa itu pengaruh dunia timur tengah sangat kental menghiasi seluruh seluk beluk dari pemerintahan kerajaan mataram.
Pada masa itu memang tengah menghadapi berbagai permasalahan yang menimbulkan banyak sekali konflik dan perpecahan karena kita ketahui pula belanda dengan VOC nya berusaha melemahkan para penguasa kerajaan mataram pada masa itu tetapi sangatlah sulit karena masih solidnya kerajaan tersebut.
Kerajaan mataram ini dipimpin oleh seorang keturunan dari ki ageng sela dan ki ageng pemanahan. Seorang tokoh yang telah mengabdikan diri dan menjadikan kerajaan mataram pada saat itu menjadi sebuah kerajaan yang mampu meluaskan wilayahnya tanpa peperangan tetapi dengan sebuah ajakan kerja sama.
DON143
Keris Carubuk Luk 7 Pamor Wos Wutah
| Berat | 1500 gram |
| Kondisi | Bekas |
| Dilihat | 1.851 kali |
| Diskusi | Belum ada komentar |
Dhapur Brojol Secara dhapur, pusaka ini tampak sederhana. Ia berdhapur Brojol — bilahnya lurus, polos, tanpa banyak ricikan. Hanya terdapat pejetan sederhana dengan gandhik yang lugas, tanpa hiasan sekar kacang, ganan, atau ornamen lainnya. Namun justru di situlah letak kejujurannya. Ia tampil apa adanya, tegas, lugas, dan jernih dalam makna. Dhapur Brojol memang termasuk salah… selengkapnya
Rp 21.000.000Keris Pusaka Sengkelat: Simbol Kesatria dan Peralihan Zaman Kepopuleran keris Sengkelat tidak dapat dilepaskan dari latar sejarah politik masa lalu, terutama ketika kejayaan Majapahit mulai meredup. Dalam berbagai babad, terdapat dua versi mengenai asal-usulnya. Versi pertama menyebut bahwa keris ini dipesan oleh Sunan Ampel kepada Mpu Supo, sementara versi lainnya mengatakan bahwa pemesannya adalah Sunan… selengkapnya
Rp 70.000.000Dhapur Sabuk Inten Menurut cerita rakyat dhapur Sabuk Inten diciptakan oleh 800 empu tahun jawa 1381 pada masa Prabu Brawijaya Akhir. Karena dibabar oleh empu Domas (domas, menurut Kamus Bahasa Sunda-Inggris , Jonathan Rigg, 1862 ; berarti 800 dengan asal kata dwa yang artinya dua dan mas yang berarti 400, di samping mempunyai arti sebagai… selengkapnya
Rp 21.000.000Keris Mesem Pamor Segoro Muncar Amangkurat Dhapur Mesem sering kali dianggap serupa dengan Sempaner dan Tumenggung karena ketiganya memiliki bentuk lurus, sama-sama memakai sekar kacang, dan tidak menggunakan sogokan. Namun, bila dicermati lebih dalam, terdapat perbedaan halus di antara mereka. Dhapur Sempaner memiliki sekar kacang, jalen, lambe gajah satu, tikel alis, pejetan, dan ripandan. Sedangkan… selengkapnya
Rp 4.600.000Keris Singo Barong Luk 11 Kinatah Emas Keris Singo Barong memiliki ciri khas yaitu gandhiknya diukir hiasan singa dengan kelamin yang tegang sebagai simbol kejantanan. Motif singa pada gandhik Keris Singo Barong tampak mirip dengan kilin, yaitu arca binatang mitologi penunggu gerbang dalam budaya China yang banyak terdapat di klenteng. Artinya, hal itu menunjukkan adanya… selengkapnya
Rp 100.000.000
























Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.