Beranda » Keris » Keris Parungsari Tangguh Tundung Madiun
click image to preview activate zoom

Keris Parungsari Tangguh Tundung Madiun

Rp 5.000.000
KodePRA208
Stok Tersedia (1)
Kategori Keris, Parungsari
Jenis : Keris Luk 13
Dhapur Parungsari
Pamor Kulit Semangka
Tangguh Madiun
Warangka : Ladrang Surakarta Kayu Trembalo Iras
Hulu/Deder : Yudawinatan Kayu Trembalo
Pendok : Blewah Bahan Mamas
Mendak : Kendit Bahan Kuningan
Tentukan pilihan yang tersedia!
Bagikan ke

Keris Parungsari Tangguh Tundung Madiun

Dhapur Keris Parungsari

Parungsari adalah salah satu bentuk dhapur keris berluk tiga belas. Ukuran Panjang bilahnya sedang. Keris ini memakai kembang kacang; ada yang memakai jenggot ada yang tidak, lambe gajahnya dua, sraweyan, sogokan rangkap, pejetan dan greneng. Sekilas mirip dengan dhapur Sengkelat, perbedaan diantara keduanya hanyalah; Keris dhapur Parungsari mempunyai dua (2) lambe gajah, sedangkan dhapur Sengkelat hanya satu (1). Menurut literatur dhapur ini diciptakan pada masa pemerintahan Prabu Banjaransekar dari Pajajaran sekitar tahun jawa 1170 an.

Filosofi Parungsari

Parung adalah deretan lereng bukit dan lembah, sedangkan Sari adalah bunga. Secara harafiah dapat diartikan sebagai hamparan elok bukit dan lembah yang dipenuhi oleh bunga-bunga yang indah. Seperti “Bukit Berbunga”, tempat yang indah untuk memadu cinta, Lagu yang diciptakan oleh Yonas Pareira dan dipopulerkan oleh Uci Bing Slamet pada tahun 1982.

Irisan tanah secara vertikal akan menyulitkan beragam tumbuhan untuk dapat hidup disana, dan hanya tanaman pioneer saja yang mampu tumbuh dan berkembang disitu. Selain menjadi tanaman perintis, merangkap juga sebagai tanaman perlindungan yang mempu menahan hempasan air hujan dan laju permukaan, sehinga meminimalkan resiko erosi. Disisi lain, banyak serangga yang hidup didalam bunga untuk sekedar menghisap nektar atau berlindung didalam rimbunya dedaunan.

Parung Sari adalah bahasa pemahaman. Ada bukan karena diadakan, hadir bukan karena dihadirkan…. begitu apa adanya, sehingga begitu mudah untuk dipahami, namun begitu sulitnya kita untuk bisa mencoba mengerti arti sesungguhnya.
Parungsari adalah pembelajaran. Bila tidak pernah merasa tinggi, mengapa takut untuk jatuh, bila tidak merasa mulia, mengapa merasa dihinakan, bila tidak pernah bersama, mengapa takut untuk kehilangan.

Parungsari adalah simbol dari kecantikan budi atau suatu bentuk lain dari keikhlasan. Walaupun tidak ditanam ia tumbuh, tidak disirami ia mekar, seolah menerima keadaan apa adanya tanpa menuntut sebuah kondisi, di sisi lain malah banyak memberikan manfaat kepada sekitarnya, serta akan selalu meninggalkan kesan indah memanjakan mata siapapun yang melihat. Terangkum dalam keindahan peribahasa ”Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama “.

Tangguh Madiun

Sebagaimana lazimnya sejarah keris, perkembangan senjata yang satu ini pada suatu daerah akan sangat ditentukan berbagai hal, termasuk diantaranya karakter masyarakat, situasi politik, peta kekuasaan dan lain sebagainya.

Di wilayah yang pada masa silam dikuasai oleh Adipati-adipati terkemuka atau daerah-daerah yang senantiasa bergolak, perkembangan perkerisan akan mengalami bentuk, sesuai situasi yang mendukung proses penciptaan keris-keris itu. Karena memang diciptakan sesuai zaman dan keadaan pada masa itu, keris Madiun tidak terlalu memikirkan keindahan, kesannya justru wagu, angker dan nggegirisi (menyeramkan). Bentuknya sederhana, tetapi sepintas saja sudah terlihat kalo kesannya sangat powerful (kuat) dan berwibawa.

Dan memang sisi isoteri inilah yang lebih menonjol dari keris-keris Madiun. Tak heran sejarah Madiun sangat berkaitan erat dengan senjata-senjata pusakanya yang sangat bertuah. Bahkan sekaliber Mataramnya Panembahan Senopati pernah dipermalukan dengan mengalami dua kali kegagalan menundukkan Purubaya (Madiun), yakni pada tahun 1587 dan 1589, diyakini hal ini berkat keampuhan sebilah keris pusaka, yakni Kanjeng Kiai Kala Gumarang. Hingga dengan taktik “pura-pura takluk” ekspansi Mataram berbuah kesuksesan. Kabarnya, sebagai peringatan atas peristiwa penguasaan Mataram atas Purbaya tersebut, maka sejak tanggal 16 Nopember 1950 nama Purubaya diganti menjadi Mbediyun atau Mediun.

Bentuk kembang kacang “mangan gandik”, sogokan dan blumbangan selalu tak pernah imbang kanan dan kirinya, perut gonjo tampak tipis sedangkan sirah cecaknya lancip, bentuk luk dan pamor yang khas (agak abu-abu cenderung nggajih) adalah beberapa singnature (penanda) keris Mediunan. Untuk menangguh suatu keris Madiun, kecocokan dengan besi sezaman bisa dijadikan parameter penilaian. Jenis besi dan pamor keris ini memiliki kemiripan dengan besi Mataram awal. Keserupaan ini kemungkinan disebabkan oleh ketersediaan bahan besi yang ada pada masa tersebut, dan unsur distribusi dalam wilayah-wilayah kerajaan yang berkuasa.

PRA208

Keris Parungsari Tangguh Tundung Madiun

Berat 1500 gram
Kondisi Bekas
Dilihat 605 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Silahkan tulis komentar Anda

Produk Terkait