Beranda » Brojol » Keris Brojol Pamor Tejo Kinurung
click image to preview activate zoom

Keris Brojol Pamor Tejo Kinurung

Rp 4.500.000
KodeP210
Stok Tersedia (1)
Kategori Brojol, Keris
Jenis : Keris Lurus
Dhapur Brojol
Pamor Tejo Kinurung
Tangguh : Tuban Pajajaran
Warangka : Gayaman Surakarta Kayu Trembalo
Hulu/Deder : Yudawinatan Kayu Trembalo
Pendok : Blewah Bahan Mamas
Mendak : Widengan Bahan Kuningan
Tentukan pilihan yang tersedia!
Bagikan ke

Keris Brojol Pamor Tejo Kinurung

Keris Brojol Pamor Tejo Kinurung

Pusaka ini mengenakan busana model gayaman gagrak Surakarta. Kayu yang digunakan adalah kayu trembalo lawasan dengan gandar iras, yaitu dibuat tanpa sambungan sehingga memberikan kesan utuh dan kokoh. Bagian deder—yang di Surakarta dikenal sebagai jejeran—menggunakan model yudawinatan khas Surakarta, juga dari bahan trembalo lawasan. Ukirannya tampak sangat detail, dengan cecekan yang dalam dan rapi, menghadirkan kesan anggun sekaligus tegas. Adapun pendoknya memakai model blewah polos dari bahan mamas lawasan, memberikan sentuhan klasik yang tenang dan berwibawa. Secara keseluruhan, busana pusaka ini tampil sangat wangun, sederhana, namun tetap memikat hati.

Bilah pusaka ini lurus dengan dhapur Brojol, berpamor Tejo Kinurung, dan bertangguh Tuban Pajajaran. Penyebutan Tangguh Tuban kerap diikuti dengan nama berbagai kerajaan besar seperti Tuban Kediri, Tuban Pajajaran, Tuban Majapahit, atau Tuban Mataram. Penambahan nama kerajaan tersebut sesungguhnya merupakan penanda waktu, merujuk pada masa ketika Tuban berada di bawah pengaruh atau berada dalam lingkup politik kerajaan-kerajaan tersebut. Namun khusus sebutan Tuban Pajajaran, kaitannya bukan pada hubungan politik, sebab Tuban tidak pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda atau Pajajaran.

Penjelasan mengenai hal ini bersumber dari catatan sejarah para empu. Dikisahkan bahwa Empu Moyo memiliki empat anak—Empu Onggok, Empu Kuwung, Empu Keleng, dan Ni Sombro—yang melakukan perjalanan ke wilayah timur dan sempat bermukim lama di daerah Tuban. Pada masa inilah muncul istilah “Tangguh Tuban Sunda”, yang kemudian dikenal sebagai Tuban Pajajaran. Para empu keturunan Pajajaran tersebut berkarya di Tuban dan menyebarkan ilmunya, sehingga gaya perkerisan Tuban mendapat pengaruh estetika dari tradisi Pajajaran. Sebagian dari mereka bahkan melanjutkan perjalanan hingga ke Madura, salah satunya Empu Keleng. Dengan demikian, penyebutan Tangguh Tuban Pajajaran lahir dari akulturasi gaya dan sentuhan teknik, bukan dari hubungan kekuasaan.

Keris-keris Tangguh Tuban Pajajaran umumnya memperlihatkan perpaduan yang harmonis. Karakter Tuban tetap dominan, namun terdapat sentuhan Pajajaran yang terlihat dari condong leleh yang sedikit lebih miring daripada kebiasaan gaya Tuban, serta dari sifat material bilah dan pamornya yang menunjukkan ciri khas besi Pajajaran. Hal ini sangat mungkin terjadi karena para empu dari Pajajaran membawa serta teknik, pengetahuan, dan bahkan material bahan baku dari wilayah asal mereka. Dari perpaduan itulah lahir keris-keris Tangguh Tuban Pajajaran yang kini dikenal sebagai salah satu tangguh langka dengan kualitas tinggi. Tuban sendiri pernah menjadi pusat perkerisan yang melahirkan banyak empu besar, seperti Ni Sombro, Empu Jirak, Empu Bekel Jati, Empu Suratman, Empu Paneti, Empu Salahita, dan masih banyak lagi, menjadikan daerah ini kaya akan tangguh dan karya unggul.

Dhapur Brojol pada pusaka ini menunjukkan bentuk yang sangat sederhana. Dalam kajian simbolik, kesederhanaan itu memiliki makna yang dalam. Kata “brojol” dalam bahasa Jawa berarti “keluar”, berkaitan dengan proses kelahiran seorang bayi dari gua garba ibu. Kelahiran dipahami sebagai simbol kembalinya manusia pada fitrah yang suci. Karena itu, dhapur Brojol tidak hanya dipandang sebagai bentuk bilah lurus dengan satu ricikan pejetan, tetapi juga sebagai simbol kesucian awal kehidupan. Ia mengingatkan bahwa setiap manusia pernah berada pada titik kejernihan hati, dan bahwa kesederhanaan merupakan fondasi dari segala langkah besar. Brojol juga dimaknai sebagai doa agar seseorang dapat “keluar” dari segala kesulitan hidup, menemukan jalan terang, dan memulai babak baru dengan niat yang bersih.

Pamor Tejo Kinurung pada bilah pusaka ini menampilkan pola garis yang membingkai bilah, dimulai dari area gonjo lalu menyatu hingga ujung bilah. Di tengah bilah terdapat garis lurus yang dikenal sebagai pamor Sodo Lanang. Dengan demikian, Tejo Kinurung merupakan perpaduan antara pamor wengkon dan sodo lanang. Motif semacam ini sering dipercaya memiliki tuah baik, khususnya bagi mereka yang mengemban amanah negara—pejabat, aparatur pemerintahan, perwira militer, maupun pemimpin daerah. Dalam catatan kuno, pamor serupa pernah dipilih oleh Sunan Pakubuwono IV ketika memesan keris Parungsari luk 13 kepada Mpu Brajaguna.

Namun pemaknaan tuah tidak semestinya dipahami sebagai kepercayaan buta. Tuah adalah doa, pesan moral, dan nilai yang disematkan ke dalam sebuah karya. Nama Tejo Kinurung sendiri sangat sarat makna. Tejo berarti cahaya, sedangkan kinurung berarti dijaga atau dilindungi. Cahaya dalam hal ini melambangkan nurani—penuntun batin yang menyingkapkan gelap, menunjukkan jalan, dan memandu manusia menuju kejujuran, keadilan, dan kesetiaan. Cahaya yang “dikurung” bukan berarti dipadamkan, tetapi dilindungi agar tidak mudah redup oleh godaan duniawi.

Dalam pendekatan semiotika, garis tengah pamor melambangkan pertumbuhan dan keteguhan, layaknya padi yang semakin tinggi semakin merunduk, mengingatkan pemimpin untuk tetap rendah hati. Garis tepi yang membingkai bilah menjadi simbol perlindungan, batas yang menjaga nilai-nilai luhur dalam diri manusia. Oleh sebab itu, pamor Tejo Kinurung sering dijadikan piwulang bagi para pemegang amanah: bahwa kekuasaan bukan makanan bagi diri sendiri, melainkan tanggung jawab yang harus dijalankan dengan kejernihan batin. Bahwa seorang pemimpin seharusnya memberi terang bagi sesamanya, sebab sebaik-baiknya manusia adalah yang mampu menjadi cahaya bagi lingkungan sekitarnya.

Keris Brojol Pamor Tejo Kinurung

Berat 1500 gram
Kondisi Bekas
Dilihat 663 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Silahkan tulis komentar Anda

Produk Terkait