Beranda » Dholog » Keris Dholog Tangguh Pajang Mataram
click image to preview activate zoom

Keris Dholog Tangguh Pajang Mataram

Rp 15.000.000
KodeP206
Stok Tersedia (1)
Kategori Dholog, Keris
Jenis : Keris Luk 5
Dhapur Dholog
Pamor Jung Isi Dunyo
Tangguh Pajang Mataram
Warangka : Ladrang Surakarta, Kayu Cendana
Deder/Handle : Yudawinatan, Kayu Trembalo
Mendak : Parijata, Bahan Kuningan
Pendok : Blewah, Bahan Kuningan
Tentukan pilihan yang tersedia!
Bagikan ke

Keris Dholog Tangguh Pajang Mataram

Dhapur Dholog

Dholog adalah salah satu bentuk dhapur keris luk lima. Ukuran panjang bilahnya sedang. Keris ini memakai gandik lugas, sogokan rangkap, tikel alis dan sraweyan. Ricikan lainnya tidak ada.

“Jati nom arane dholog”

Dholog berasal dari bahasa sansekerta yang artinya pohon jati muda. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini ada masanya. Ada masa dimana perjalanan hidup terasa begitu mudah, tapi ada juga saat Tuhan sengaja memberikan kita berbagai ujian seperti saat musim kemarau datang. Masa dimana segala sesuatu tampak berjalan begitu mudah, tetapi bisa berubah dimana banyak hal tiba-tiba menjadi begitu kering.

Salah satu proses yang selalu dialami oleh pohon jati setiap tahunnya adalah proses menggugurkan daun pada musim kemarau, sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri (adaptasi) dengan lingkungan dan kondisi sekitarnya. Ketika musim kemarau datang pohon jati menggugurkan hampir seluruh daunnya. Dan dihadapkan dalam kondisi untuk mengikhlaskan dan membiarkan daun-daun itu jatuh ke bumi. Itulah hikmah yang Tuhan berikan melalui pohon jati.

Meski tanpa daun, pohon jati justru sedang menempa dirinya untuk sanggup bertahan dalam keterbatasan air dan teriknya cuaca serta menjadi salah satu pohon terbaik yang pernah ada. Dia tak akan mati. Ia bahkan sedang ”berpuasa” untuk tidak berkembang secara kasat mata. Ia melewati ujian itu dengan mengugurkan masalah yang ada di daun dan memperbaiki kulitas kayu di batangnya. Proses yang tidak mudah itulah yang menjadikan ia sebagai salah satu pohon terkuat di dunia. Tak lama setelah itu pohon jati kembali bersemi menumbuhkan daun-daun mudanya, dengan batang pohon yang menjadi semakin keras dan besar.

Perubahan bisa saja terjadi, musim kehidupan bisa berganti. Ada waktunya kita harus melewati masa-masa seperti itu. Bukannya Tuhan tidak akan pernah membiarkan kesusahan yang berkepanjangan pada umatnya? Itulah fase yang memang Tuhan izinkan untuk kita lewati. Saat masa penuh dengan cobaan tiba, percayalah bahwa bersama Dia, kita akan tetap sanggup melewatinya. Tuhan ingin menjadikan kita pribadi yang kuat dan tak tergoncangkan.

Semakin tua usia sebuah pohon jati maka kualitas kayu yang dihasilkan pun akan semakin baik. Demikian pula dalam hidup kita, semakin usia kita bertambah maka semakin kaya diri kita akan pengetahuan, bertambah kebijaksanaan dan semakin dewasa dalam menyikapi berbagai persoalan hidup. Dengan kata lain dengan bertambahnya usia diharapkan semua kualitas yang ada dalam diri kita juga semakin naik kelas.

Dalam esensinya, Dholog merupakan dhapur Keris dengan personifikasi dari sebuah kesejatian hidup, kesejatian tujuan, kesungguhan tekad, juga simbolisasi akan pengingat bahwa pemegang pusaka akan senantiasa mencari dan menemukan makna hidup di dunia, dan tidak mudah dipengaruhi dan diombang-ambingkan oleh hal-hal yang tidak baik. Sehingga tidak terlupa akan maksud dan tujuan hidup yang telah digariskan Tuhan Yang Maha Kuasa (Jati-Jatining Wong Urip). Karena makna dari nama “Jati” sendiri artinya adalah “Sejati / Kesejatian”.

Pamor Jung Isi Dunyo

Pamor Jung Isi Dunyo dipercaya memiliki nilai esoteris memudahkan pemiliknya dalam mencari rejeki dan menumpuk kekayaan. “Jung Isi Dunyo” artinya “Kapal yang berisi harta benda”. “Jung” artinya Kapal dan “Dunyo” dalam bahasa Jawa artinya Dunia atau bisa juga berarti harta benda. Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa istilah “Jung” berasal dari kata “Chuan” dalam bahasa Tionghoa yang artinya Perahu atau Kapal. Hanya saja perubahan pengucapan dari “Chuan” menjadi “Jung” tampaknya terlalu jauh dan yang lebih mendekati adalah “Jong” dalam bahasa Jawa yang artinya Kapal.

Kata “Jong” dapat ditemukan dalam prasasti Jawa kuno abat ke-9. Kata ini masuk bahasa Melayu pada abad ke-15, ketika daftar catatan kata-kata China mengidentifikasikannya sebagai kata Melayu untuk Kapal. Undang-undang laut Melayu yang disusun pada akhir abad ke-15 sering menggunakan kata “Jung” untuk menyebut Kapal pengangkut barang. Jadi dapat kita simpulkan, filosofi dari pamor “Jung Isi Dunyo” merupakan do’a atau harapan agar dalam kehidupannya pemilik Keris berpamor Jung Isi Dunyo bisa berlimpah harta benda dan kekayaan.

Tangguh Pajang Mataram

Kerajaan Pajang yang relatif singkat (1551-1582) sehingga sangat sedikit pula data yang menerangkan keberadaan keris pada masa itu, bahkan kerisnya pun dibilang langka dan jarang dijumpai. Berdasarkan Catatan Mantri Pande Mas Ngabehi Wirasoekadga, tangguh Pajang hanya disebutkan seorang Empu yaitu Empu Umyang dan sahabat-sahabatnya, namun pada masa peralihan “Pajang ke Mataram” terdapat seorang Empu bernama Arya Japan. Dalam catatan-catatan lain disebutkan juga Empu Cublak.

Meski Pajang tidak mengalami masa kejayaan, berbeda halnya dengan jaman Mataram di bawah Sultan Agung namun teknik material dan pemilihan material besi baja masih terpengaruh empu-empu Majapahit. Nama negeri Pajang telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Menurut Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365, bahwasanya pada zaman tersebut adik perempuan Hayam Wuruk (raja Majapahit saat itu) bernama asli Dyah Nertaja menjabat sebagai penguasa Pajang, bergelar Bhatara i Pajang, atau disingkat Bhre Pajang. Dyah Nertaja merupakan ibu dari Wikramawardhana (raja Majapahit selanjutnya).

Salah satu penanda untuk mengetahui sebuah keris tangguh Pajang adalah penampang gonjo-nya yang kelihatan kekar dan lebar, yang ciri atau langgam ini kemudian diikuti oleh empu-empu jaman PB V, tangguh Mangkubumen. Selain itu biasanya kembang kacang-nya lebar, besar dan kokoh menyerupai gelung wayang demikian juga jalen-nya panjang lurus berurat. Gandhik-nya agak mirik tegak lurus dan dekat. Pada bagian sogokan tampak mengembang dengan janur runcing. Dalam rasa pandangannya keras, besinya kencang, luknya liat, jika memakai ri pandan ‘dha’ nya jelas.

Keris Pusaka ini semakin tampak “berkelas” karena agak berbeda diantara keris Mataram lainnya, ada karakter Pajang yang dibawa diantaranya; bilahnya lebih lebar, panjang atau ukurannya yang lebih besar atau mungkin, jika kita tarik pada kondisi geo-estetik maupun kultural masyarakat Pajang yang dalam era konflik, orangnya diasumsikan berperawakan gagah dan tinggi besar serta digdaya, mungkin menjadikan karakter keris Pajang ini menjadi lebih bhirawa dan kesannya lebih besar daripada keris2 tangguh Majapahit dan Demak. Dalam rasa pandang luknya kemba, sogokan mengembang atau lebar, janur tipis. Benar-benar sebuah pusaka yang mencerminkan perwatakan seorang ksatriya pilih tanding jagoning Dewa yang hanya cocok dimiliki oleh mereka yang ‘bernyali”.

P206

Keris Dholog Tangguh Pajang Mataram

Berat 1500 gram
Kondisi Bekas
Dilihat 586 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Silahkan tulis komentar Anda

Produk Terkait