● online
- Keris Sengkelat Corok Kinatah Emas
- Keris Tilam Sari Pamor Beras Wutah
- Keris Sengkelat Tangguh Blambangan
- Keris Brojol Pamor Wos Wutah Sepuh
- Keris Carita Keprabon Mataram Senopaten
- Keris Brojol Tangguh Madura Koso
- Keris Tilam Upih Pamor Jung Isi Dunyo Tangguh Bage
- Keris Brojol Pamor Kul Buntet Sekar Lampes
Keris Karno Tinanding Luk 17 Bali Sepuh
Rp 55.000.000| Kode | P121 |
| Stok | Tersedia (1) |
| Kategori | Keris |
| Jenis | : Keris Luk 17 |
| Dhapur | : Karno Tinanding |
| Pamor | : Kulit Semangka |
| Tangguh | : Bali Abad 18 Masehi |
| Warangka | : Serengetan, Kayu Pinisium |
Keris Karno Tinanding Luk 17 Bali Sepuh
Keris Karno Tinanding Luk 17 Bali Sepuh
Keris Pusaka Karno Tinanding merupakan salah satu dhapur yang tergolong langka sekaligus unik dalam khazanah perkerisan Nusantara. Keunikan pusaka ini terletak pada ricikannya yang berbeda dari kebanyakan keris. Ia memiliki sekar kacang kembar di kedua sisinya, dihiasi dengan jalen, lambe gajah, dan jenggot yang menghias pada keduanya, menjadikan tampilannya begitu khas dan penuh karakter. Tambahan ricikan pudhak sategal semakin menegaskan kesan gagah dan artistik dari bilahnya. Dengan bentuk bilah yang cukup besar dan panjang serta odo-odo yang tegas, keris ini menampilkan pasikutan yang berwibawa dan gagah pidekso. Material besinya tampak berkualitas tinggi, dengan garapan halus dan slorok yang jelas, menampakkan gradasi warna indah di sepanjang bilah — benar-benar hasil karya seorang empu yang ngrasuk rasa dalam setiap tempaannya.
Berbicara tentang Karno Tinanding tak dapat dilepaskan dari kisah besar Baratayuda di Padang Kurusetra, pertempuran agung antara dua kesatria pilih tanding: Arjuna dari Kesatrian Madukara sebagai panglima perang Negara Amarta, melawan Adipati Basukarno dari Awangga, panglima perang Negara Astina. Dari sinilah makna simbolik Karno Tinanding lahir — sebuah pusaka yang merepresentasikan jiwa kesatria sejati. Di dalamnya tersemat nilai-nilai keberanian, kebijaksanaan, pembelaan terhadap kebenaran, dan perjuangan untuk menegakkan harkat serta martabat. Dalam pandangan Jawa, kesatria bukan sekadar gelar, melainkan laku hidup: laku seorang pejuang yang berdiri di garis depan demi keluarga, saudara, golongan, dan bangsanya.
Selain keindahan dhapurnya, keris Karno Tinanding ini memiliki bilah yang lebih panjang dari keris pada umumnya. Dengan panjang yang tergolong corok, serta jumlah luk sebanyak 17, pusaka ini termasuk dalam kategori kalawijan — yakni keris-keris langka yang melampaui kelaziman, sekaligus menyimpan tanda keistimewaan tersendiri. Menurut Babon Surakarta:
“Kalawijan atau Kalawija adalah nama yang diberikan kepada keris-keris yang jumlah luk-nya lebih dari tiga belas. Walaupun demikian, dhapur kalawija tetap memiliki pakem ricikan dan nama dhapur tersendiri.”
Masih dalam sumber yang sama disebutkan bahwa keris luk 15 atau 17 tergolong langka dan banyak di antaranya merupakan adikarya — mahakarya para empu dengan tingkat kesempurnaan tinggi. Disebut kalawijan karena berbeda dari yang biasa. Ia menyimpang dari kelaziman, namun dalam pandangan Jawa, perbedaan bukanlah kekurangan, melainkan pertanda. Pertanda bahwa Tuhan menitipkan keistimewaan di balik keanehan.
Seperti para tokoh nyleneh di masa lampau — abdi kecil, orang cebol, atau mereka yang tampak tidak lazim di istana — justru diberi tempat terhormat karena memiliki daya batin yang tak dimiliki orang kebanyakan. Dari sini kita belajar, bahwa tidak semua yang berbeda harus dijauhi, dan tidak semua yang menyimpang patut disingkirkan. Kita sering memuja yang seragam, padahal keistimewaan justru lahir dari yang berbeda.
Maka, melalui pusaka Karno Tinanding ini, kita diajak untuk menengok kembali makna perbedaan — bahwa di balik sesuatu yang tampak nyleneh, bisa jadi tersimpan pelajaran tentang jati diri kita sendiri. Sebab sebagaimana keris ini, keistimewaan sejati sering kali hadir bukan dalam
P121
Keris Karno Tinanding Luk 17 Bali Sepuh
| Berat | 1500 gram |
| Kondisi | Bekas |
| Dilihat | 883 kali |
| Diskusi | Belum ada komentar |
Keris Naga Sapta Luk 7 Pamor Keleng Naga merupakan salah satu binatang mitologis yang melegenda hampir di seluruh dunia. Sebagai makhluk mitologis perwujudannya pun akan tampak berbeda-beda, tak terkecuali Naga Jawa. Kisah-kisah tentang Naga di Pulau Jawa pada umumnya berintikan kisah-kisah mitologis mengenai tuntunan (pedoman nilai-nilai luhur) dan tontonan (divisualkan secara indah). Dalam rentang sejarahnya… selengkapnya
Rp 7.200.000Pandhawa Prasaja Nama Pandawa Prasaja menyimpan ajaran luhur tentang keseimbangan antara kekuatan lahir dan kejernihan batin.Kata Pandawa merujuk pada lima kesatria utama dalam epos Mahabharata — Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.Kelima tokoh ini bukan sekadar sosok dalam cerita pewayangan, tetapi simbol dari laku manusia yang berjuang menegakkan kebenaran dengan caranya masing-masing. Yudhistira melambangkan kejujuran… selengkapnya
Rp 1.800.000Dhapur Tilam Upih Dalam adat Jawa, terdapat tiga peristiwa penting dalam kehidupan manusia, yaitu Metu, Manten, dan Mati—atau kelahiran, perkawinan, dan kematian. Peristiwa perkawinan memiliki tradisi khusus berupa keris Kancing Gelung, di mana pada masa lampau, orang tua pihak mempelai perempuan memiliki kewajiban utama memberikan keris pusaka kepada mempelai pria sebagai Kancing Gelung. Jika pihak… selengkapnya
Rp 3.500.000Keris Brojol Pamor Sumur Bandung Keris ini dhapurnya Brojol dengan tangguh Pajajaran. Motif pamor sumur bandung itu membentuk bulatan-bulatan tanpa isian yang seolah berwarna bulatan hitam besi. Bentuk motif pamor berupa bulatan mengingatkan pada sumur sebagai simbol kedalaman batin dan sumber kehidupan. Dalam filosofi Jawa, sumur melambangkan pencarian spiritual yang tak pernah berhenti—semakin dalam digali,… selengkapnya
Rp 2.500.000Keris Jalak Sangu Tumpeng Tangguh Madiun Sepuh Empat pusaka ini sejak dahulu dipercaya sebagai “pusaka wajib” bagi lelaki Jawa: Brojol, Tilam Upih, Tilam Sari, dan Jalak Sangu Tumpeng. Kali ini, kita mengulas salah satu yang paling menarik—Jalak Sangu Tumpeng. Bahkan beberapa sumber menyebut pusaka utama Keraton Yogyakarta, Kanjeng Kyai Ageng Kopek, juga berdhapur Jalak Sangu… selengkapnya
Rp 3.500.000




























Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.