Beranda » Keris » Keris Sepokal Luk 7 Mataram Amangkurat
click image to preview activate zoom

Keris Sepokal Luk 7 Mataram Amangkurat

Rp 4.000.000
KodeP129
Stok Tersedia (1)
Kategori Keris, Sepokal
Jenis : Keris Luk 7
Dhapur : Sepokal
Pamor : Kulit Semangka
Tangguh Mataram Amangkurat
Warangka : Gayaman Surakarta, Kayu Trembalo Kuno
Tentukan pilihan yang tersedia!
Bagikan ke

Keris Sepokal Luk 7 Mataram Amangkurat

Keris Sepokal Luk 7 Mataram Amangkurat

Siapa yang tak kenal pohon pisang? Tanaman sederhana yang tumbuh di mana-mana, namun penuh makna kehidupan. Dari akar hingga daun, dari batang hingga buahnya — semua memberi manfaat, tak ada yang sia-sia darinya. Dari pohon inilah para empu leluhur kita mengambil ilham, lalu menurunkannya dalam wujud pusaka yang disebut dhapur Sepokal.

Sepokal berarti anak pohon pisang, tunas muda yang tumbuh di samping induknya. Ia menjadi lambang kehidupan baru, pertumbuhan, dan semangat untuk menjadi manusia yang berguna bagi sesama. Dhapur Sepokal mengingatkan kita bahwa hidup bukan sekadar tentang diri sendiri, tetapi bagaimana diri ini memberi arti bagi kehidupan di sekitarnya. Seperti tunas pisang yang tumbuh berdampingan dengan induknya, keris Sepokal mengajarkan makna kebersamaan, kesederhanaan, dan ketulusan dalam memberi manfaat.

Keris Sepokal merupakan salah satu dhapur luk 7, dengan ricikan seperti gandik lugas, tikel alis, sogokan rangkap, sraweyan, dan kepet. Luk tujuh, yang dalam tradisi Jawa disebut pitu, tidak sekadar angka. Dalam jarwo dosok, pitu berarti pitutur, piwulang, lan pitulungan — ajaran, tuntunan, dan pertolongan bagi manusia dalam menempuh jalan hidup. Luk tujuh melambangkan jalan hidup yang penuh tuntunan agar manusia tidak tersesat, dan sekaligus menjadi simbol ketentraman, kebahagiaan, kewibawaan, dan kesuksesan.

Angka tujuh juga menembus berbagai aspek kehidupan: tujuh lapisan langit, tujuh hari dalam sepekan, tujuh bulan dalam kandungan, hingga tujuh hari setelah kematian ketika arwah dikenang dalam doa keluarga. Maka, bilah Sepokal yang berluk tujuh ini bukan sekadar pusaka; ia adalah pitutur kehidupan, agar manusia bertumbuh dengan budi, berjalan dengan tuntunan, dan hidupnya menjadi berkah bagi orang lain. Ia mengajarkan bahwa setiap tunas kehidupan mengandung pelajaran: pitutur yang menuntun, piwulang yang mendewasakan, dan pitulungan yang membawa manusia kembali pada kesejatian dirinya. Pada akhirnya, semua ini mengajarkan satu hal hakiki: “Urip aja mung urip, nanging kudu migunani tumrap liyan.” — hidup jangan hanya sekadar hidup, tetapi hidup yang memberi kehidupan bagi orang lain.

Pusaka Sepokal luk 7 ini berpamor Kulit Semangka, salah satu jenis pamor yang sering ditemui, baik pada bilah keris maupun tombak. Pola pamor ini menyerupai kulit buah semangka, dengan garis-garis abstrak yang mengalir di sepanjang bilah, menghadirkan kesan keluwesan dan keseimbangan, seolah bilah itu bernafas bersama pemiliknya. Secara simbolis, pamor Kulit Semangka mengajarkan tentang keluwesan dalam kehidupan sosial: menempatkan diri dalam pergaulan, menjaga hubungan dengan sesama, dan menyesuaikan diri tanpa kehilangan identitas. Garis-garis abstrak ini juga dapat diartikan sebagai aliran energi, menuntun pemilik keris agar selaras dalam tindakan dan perkataan, sehingga bilah menjadi cermin budi dan laku manusia.

Meski tampak sederhana, pusaka ini memancarkan aura tegas, galak, dan berwibawa, bahkan bagi sebagian orang tampak angker, menuntut rasa hormat dari siapa pun yang mendekatinya. Hal ini juga dapat dipahami sebagai refleksi kondisi politik Mataram pada abad ke-17, ketika Amangkurat I dan II memimpin kerajaan. Mataram saat itu berlandaskan prinsip keislaman dengan pengaruh budaya dan administrasi dari Timur Tengah. Masa kepemimpinan Amangkurat diwarnai berbagai tantangan, termasuk konflik internal seperti pemberontakan Trunajaya (1674–1677), serta tekanan Belanda melalui VOC.

Amangkurat, keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, mewarisi struktur pemerintahan sejak awal berdirinya Mataram, termasuk sistem administrasi, jaringan diplomasi, dan struktur militer. Di bawah pemerintahannya, Mataram berupaya memperluas wilayah melalui kombinasi diplomasi dan intervensi militer, sekaligus mempertahankan stabilitas internal meski menghadapi tekanan eksternal. Pusaka Sepokal, dengan aura tegasnya, dapat dipahami sebagai simbol karakter kepemimpinan Amangkurat: tegas dan berhati-hati menghadapi tantangan politik dan sosial, namun tetap sarat filosofi kehidupan dan ajaran luhur bagi manusia.

P129

Keris Sepokal Luk 7 Mataram Amangkurat

Berat 1500 gram
Kondisi Bekas
Dilihat 1.450 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Silahkan tulis komentar Anda

Produk Terkait